Hari ini, Anda pengunjung ke : 75
Dari total pengunjung : 561725
|
|
|
|
|
Jamur Tiram Bisa Menjadi Usaha Sambilan
Usaha jamur tiram pernah booming beberapa waktu lalu. Ternyata sampai kini masih bertahan. Permintaan masih tetap tinggi, baik untuk obat maupun bahan utama makanan. Mengapa? Karena kandungan nutrisi sangat tinggi, di samping mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Tidak heran bila sampai saat ini, masih banyak yang membudidayakannya.
| Budidaya jamur tiram selain untuk kebutuhan konsumsi sendiri, juga sebagai usaha sampingan. Seperti Elan Suprianto, warga Sumurbatu, Bekasi, Jawa Barat. Pria yang kerap disapa Elan ini telah menekuni usaha jamur tiram lebih 4 tahun. Hasilnya? ”Alhamdulillah cukup lumayan. Dalam sebulan bisa menghasilkan 800 kg. Harga jual di pasaran di atas Rp10 ribu per kg,” ujarnya. Jamur tiram bisa dibuat berbagai macam makanan seperti sayur, goreng kriuk, bakso dan lain-lain. “Pangsa pasar jamur tiram semakin besar,” tambahnya.
Memulai usaha budidaya jamur tiram harus melalui tahapan yang baik agar hasilnya juga baik. Hama yang sering mengganggu adalah tumbuhan lain yang berkembang di pot (baglog). Ini terjadai karena sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif.
Menurut Elan, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan. Pertama, ruangan untuk melakukan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Kedua, ruang khusus pembibitan yang tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi atau adanya mikroba lain. Ketiga, ruang inkubasi untuk menumbuhkan miselium jamur pada baglog yang sudah diberikan bibit. Suhu udara ruangan diatur antara 22–28 derajat celcius dengan tingkat kelembaban 60–80%. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan baglog yang sudah diberi bibit. “Rak-rak bambu dilengkapi alat penyemprot atau pengabutan yang berguna untuk menyiram dan mengatur suhu udara,” jelas Elan.
Pada masa inkubasi dilakukan, seluruh baglog berwarna putih merata. “Umumnya 1-2 bulan sudah tampak putih. Jamur tiram dapat dipanen 3-4 bulan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari untuk mempertahankan kesegaran,” ungkap Elan.
Elan memulai usaha ini tidak membutuhkan banyak modal. Bibit jamur per baglog hanya sekitar Rp1.250. Dengan modal Rp5 juta sudah bisa membuat 3000 baglog. Apabila sudah menjadi bibit, bisa juga dijual, tanpa harus sampai menunggu masa panen 3-4 bulan. Penjualan bibit per baglog mencapai Rp2.500. “Kalau mau menunggu sampai panen, keuntungannya bisa berlipat-lipat,” ujar Elan. Satu baglog bisa menghasilkan jamur tiram sekitar 1,5 kg. Harga jual jamur tiram saat ini mencapai Rp10 ribu per kg. Jika baglog sebanyak 3000, maka hasil panen bisa mencapai sekitar 4.500 kg. Risiko menjelang panen sekitar 10%. Jadi, dari total hasil panen 4500 kg, yang dapat diperoleh sekitar 4.050 kg. Dari total hasil panen bersih ini dapat menghasilkan sekitar Rp40,5 juta. Setelah dipotong biaya produksi sekitar Rp4 juta, di luar biaya listrik, perawatan dan upah tenaga kerja, maka omset berada di kisaran Rp36,5 juta. Artinya per bulan dapat mengantongi keuntungan kotor sekitar Rp9 juta. Dan Elan memulai usaha ini dengan membuat 3000 baglog. Bagaimana dengan Anda?
(lala)
|
|
|
|